Kepolisian, ABRI, dan badan intelejen BIA saling menyombong bahwa
merekalah yang terbaik dalam menangkap penjarah yang sedang marak saat
sekarang. Soeharto merasa perlu untuk melakukan tes terhadap hal ini.
Soeharto melepas seekor kelinci kedalam hutan dan ketiga kelompok
pengikut tes di atas harus berusaha menangkapnya
BIA masuk ke hutan.
Mereka menempatkan informan-informan di setiap pelosok hutan itu. Mereka menanyai setiap pohon, rumput, semak dan binatang di hutan itu. Tidak ada pelosok hutan yang tidak di interogasi. Setelah tiga bulan penyelidikan hutan secara menyeluruh akhirnya BIA mengambil kesimpulan bahwa kelinci tersebut ternyata tidak pernah ada.
Mereka menempatkan informan-informan di setiap pelosok hutan itu. Mereka menanyai setiap pohon, rumput, semak dan binatang di hutan itu. Tidak ada pelosok hutan yang tidak di interogasi. Setelah tiga bulan penyelidikan hutan secara menyeluruh akhirnya BIA mengambil kesimpulan bahwa kelinci tersebut ternyata tidak pernah ada.
ABRI masuk ke hutan.
Setelah dua minggu kerja tanpa hasil, mereka akhirnya membakar hutan sehingga
setiap mahluk hidup didalamnya terpanggang tanpa ada kekecualian. Akhirnya
kelinci tersebut tertangkap juga hitam legam, mati ... tentu saja.
Kepolisian masuk hutan. Dua jam kemudian, mereka
keluar dari hutan sambil membawa seekor tikus putih yang telah hancur-hancuran
badannya dipukuli. Tikus putih itu berteriak-teriak: “Ya ... ya ... saya
mengaku! Saya kelinci! Saya kelinci!”
No comments:
Post a Comment