Friday 27 March 2015

Kisah sukses pemilik Bus Haryanto yang patut di contoh


Saya sering melihat bus PO. Haryanto di jalanan, entah itu di sekitar jalan raya dekat rumah, maupun ketika saya bepergian. Mungkin kamu juga mengalami hal yang sama? Nampaknya bus ini telah menjadi salah satu bus yang menguasai jalanan. Betapa tidak, pemilik bus PO. Haryanto ini di tahun 2013 lalu telah memiliki 83 bus eksekutif yang melayani jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura. Dan bukan tidak mungkin sekarang di tahun 2015, jumlah busnya mengalami peningkatan. Dari itu semua, kita patut meneladani kisah sukses pemilik PO. Haryanto ini, dimana beliau dulunya hanyalah anak dari seorang buruh tani.


Haryanto, adalah nama pemilik PO. Haryanto. Berawal dari kenekatannya merauntau ke Jakarta dari Kudus tanpa uang dan pendidikan. Haryanto akhirnya mendaftar sebagai anggota TNI yang merupakan cita-citanya sedari kecil.



Bus PO. Haryanto / facebook PO. Haryanto


Cita-cita Haryanto akhirnya tercapai, pada tahun 1979 beliau mulai bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. Tugas Haryanto di TNI AU adalah sebagai pengemudi, mengangkut alat-alat berat, meriam, beras dan perminyakan. Waktu itu penghasilannya sekitar Rp 18.000 per bulan.
Pernikahan Haryanto

Pada tahun 1982, Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Namun, gaji belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4 meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu ia bayar. 

"Untuk membayar sewa rumah saja saya utang," kenangnya seperti dikutip dari fanspage PO. Haryanto (14/3). Dengan kondisi keuangan yang serba kepepet itulah, justru mempertebal semangat Haryanto untuk mulai mencari usaha sampingan.
Nekat Membuka Usaha Sampingan

Awal membuka usaha, beliau tidak langsung memiliki bus. Di tahun 1984, dengan modal tak lebih Rp. 1 juta dari tabungannya, Haryanto nekat membeli 1 unit angkot Daihatsu, dan beliau pun menyopiri angkotanya sendiri. Waktu itu rute angkotanya Pasar Anyar-Serpong. 


Meskipun telah memiliki usaha angkot, beliau tetap mengabdikan diri sebagai Prajurit TNI AU. Setiap hari beliau menyopir angkotnya dari jam 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. 

Jam 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi hingga dini hari. Bisa dibayangkan betapa sibuknya beliau saat itu. Meskipun jam tidur berkurang, demi anak dan istri, beliau harus tetap semangat menjalankan kesibukannya di kala itu.

Berkat ketekunannya tersebut, tahun-tahun berikutnya, angkot Haryanto berkembang hingga ratusan unit. Modal untuk membeli angkot juga beliau dapatkan dari hasil kerja sampingannya yang lain, yaitu sebagai perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000.

Meskipun dari bisnis angkotnya beliau bisa mengantongi jutaan rupiah perhari, namun Haryanto tak mudah berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus menjual angkot dari beragam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak, Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual angkotnya. Setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil berhasil beliau jual.
Merintis PO. Haryanto

Di usianya yang ke 43 tahun, sekitar tahun 2002, Haryanto mengajukan surat pengunduran diri dari TNI AU. Dan sejak pensiun itulah Haryanto mulai sibuk dengan bisnis barunya di Perusahaan Otobus, yaitu PO Haryanto. 

Kala itu Haryanto mendapat pinjaman dari BRI sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk membeli 6 unit bus, dimana 1 bus harganya Rp 800 juta. 

Pada tahun 2013 lalu, jumlah karyawan Haryanto sekitar 500 orang. Sopir PO. Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar tak ugal-ugalan dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan bus, Haryanto tetap rai segan-s setiap hari nongkrong di terminal, memeriksa sendiri kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang.

Sukses berbisnis trasnportasi, pada tahun 1997 beliau dan orang tua beserta istrinya berangkat ke tanah suci. Haryanto pun bertekad memberangkatkan para karyawannya ke tanah suci Mekkah. Akhirnya tekad tersebut berbuah kepada tradisi. Bagi karyawan yang taat dan tekun beribadah, Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke tanah suci Mekkah.
Meskipun pangkat terakhirnya di TNI AU hanya Kopral, namun berkat ketekunannya menjalankan bisnis transportasi ini, penghasilan Haryanto pun tak mau kalah dengan seorang jenderal.

Sumberhttp://www.catatankecilku.net/2015/03/kisah-sukses-pemilik-bus-po-haryanto.html

No comments:

Post a Comment